Minggu, 09/10/2011 | 11:17 WIB
|
|
Surabaya-Nama
Busyro Muqaddas belakangan sering terdengar di telinga sebagai Ketua
KPK, sebuah lembaga anti korupsi yang banyak mengusut kasus korupsi para
pejabat tinggi di Indonesia. Namun, Busyro yang tampil di gedung FISIP
Unair, Sabtu(8/10) tidak berbicara tentang kasus korupsi, namun banyak
membicarakan dunia inteleijen yang pernah menjadi objek penelitiannya
semasa masih mengambil program doktor.
Busyro
Muqoddas, kemarin, tampil menyapa publik Surabaya dalam rangka
peluncuran bukunya berjudul ‘Hegemoni Rezim Intelijen: Sisi Gelap
Peradilan Kasus Komando Jihad’.
Buku yang
juga merupakan disertasinya untuk tugas akhir program doktor di
Universitas Islam Indonesia (UII) itu, mengupas tentang skenario politik
dan peran intelijen dalam komando jihad hingga proses peradilan yang
sesat ini.
Di buku setebal 472 halaman ini, Busyro juga membahas tentang sisi gelap peradilan kasus Komando Jihad, khususnya mengenai kasus peradilan Jafar Umar Thalib, tokoh Laskar Komando Jihad dalam kerusuhan Ambon. Menurut Busyro, terdapat skenario yang kental sekali mengenai Komando Jihad. Hal ini dimulai dengan membuat isu mengenai komunisme yang mengancam Indonesia sehingga diperlukan organisasi Komando Jihad di mana isu ini didesain oleh Ali Moertopo. “Ada hubungan yang erat antara komando jihad dengan dunia intelijen yang digawangi Ali Moertopo, komandan operasi khusus (opsus),” ungkapnya saat pemaparan.
Selain itu, Busyro juga memaparkan bagaimana praktek peradilan sesat tokoh komando jihad, diawali dari proses penangkapan tanpa surat, kekerasan dalam interogasi, tuduhan yang dipaksakan, intervensi militer hingga putusan yang berujung hukuman mati dengan eksekusi gelap tanpa memberitahukan keluarga atau pengacara.
“Saya melakukan penelusuran hingga ke Bumiayu dan ke Brebes (Jawa Tengah) selama berhari-hari itu memperkuat data yang saya miliki. Bagaimana Ali Moertopo datang ke beberapa masjid. Ini undebatable dan membawa isu-isu tadi,” ceritanya.
Di buku setebal 472 halaman ini, Busyro juga membahas tentang sisi gelap peradilan kasus Komando Jihad, khususnya mengenai kasus peradilan Jafar Umar Thalib, tokoh Laskar Komando Jihad dalam kerusuhan Ambon. Menurut Busyro, terdapat skenario yang kental sekali mengenai Komando Jihad. Hal ini dimulai dengan membuat isu mengenai komunisme yang mengancam Indonesia sehingga diperlukan organisasi Komando Jihad di mana isu ini didesain oleh Ali Moertopo. “Ada hubungan yang erat antara komando jihad dengan dunia intelijen yang digawangi Ali Moertopo, komandan operasi khusus (opsus),” ungkapnya saat pemaparan.
Selain itu, Busyro juga memaparkan bagaimana praktek peradilan sesat tokoh komando jihad, diawali dari proses penangkapan tanpa surat, kekerasan dalam interogasi, tuduhan yang dipaksakan, intervensi militer hingga putusan yang berujung hukuman mati dengan eksekusi gelap tanpa memberitahukan keluarga atau pengacara.
“Saya melakukan penelusuran hingga ke Bumiayu dan ke Brebes (Jawa Tengah) selama berhari-hari itu memperkuat data yang saya miliki. Bagaimana Ali Moertopo datang ke beberapa masjid. Ini undebatable dan membawa isu-isu tadi,” ceritanya.
Dalam
kesempatan itu, juga hadir pembicara lainnya, staf pengajar Fakultas
Hukum Unair, Suparto Wijoyo yang mengkritik kemunculan buku ini karena
dianggap buku pembelaan advokat (Busyro) saat mendampingi kliennya
(Abdullah umar). “Ini seperti buku pembelaan, jadi ya dipandang dari
sisi persepsi pembela,” kritiknya.
Kritikan ini ditanggapi santai Busyro. "Memang saya kuasa hukumnya. Tapi ketika menulis ini saya tidak sebagai pengacara, tapi akademis. Kalau subyektif memang ada, tapi saya komparasikan dengan data, termasuk wawacara korbannya langsung dan representasi institusi militer era Orde Baru, yang masih hidup, Soedomo," katanya.
Kritikan ini ditanggapi santai Busyro. "Memang saya kuasa hukumnya. Tapi ketika menulis ini saya tidak sebagai pengacara, tapi akademis. Kalau subyektif memang ada, tapi saya komparasikan dengan data, termasuk wawacara korbannya langsung dan representasi institusi militer era Orde Baru, yang masih hidup, Soedomo," katanya.
Busyro Muqoddas dikenal
sebagai dosen ilmu hukum. Tapi sedikit yang tahu kalau Ketua KPK ini
juga tertarik mendalami ilmu intelijen. Terutama saat dia menempuh S3
doktor ilmu hukum di Universitas Islam Indonesia (UII). mla
Tidak ada komentar:
Posting Komentar